Ritual lahir dari alasan praktis manusia dalam proses mencari kebajikan dan kebenaran dengan segala cara. Proses ini melahirkan suatu pola perilaku yang kontra intuitif dengan logika sebab dan akibat. Dengan ritual, orang-orang terlibat dalam perilaku yang diatur dan terpola dimana tindakan mereka tampaknya tidak menjamin hasil yang diharapkan secara logis. Dalam konteks waktu, Ritual selalu dilakukan dengan sengaja dan pada waktu yang dianggap tepat. Biasanya ritual dilakukan selama krisis, perubahan musim, atau ketika ada perubahan sosial dalam kehidupan mereka. Praktisi ritual secara intuitif ‘merasa’ bahwa ritual harus dilakukan karena adanya konsekuensi tak logis yang akan mereka terima jika gagal melaksanakan ritual tersebut.
Korrie Layun Rampan melalui bukunya yang berjudul ‘Upacara’ melihat bahwa pola perilaku ini membuat manusia hidup dalam proses ritual yang berkesinambungan. Aku sebagai tokoh utama dalam buku ini hidup dan ‘mati’ melalui berbagai “Ritual”. Ritual adalah hidup itu sendiri, kejadian dan pola perilaku disela-sela ritual hanyalah kumpulan elemen subliminal yang hadir untuk menopang dominasi ritual dalam proses kehidupan.
Proyek ini berusaha untuk memberikan impresi dan kontekstualisasi terhadap kondisi kota Samarinda hari ini berdasarkan karya sastra ‘Upacara’ milik Korrie Layun Rampan. Pengalaman intuitif ‘Aku’ sebagai praktisi ritual di dalam buku ini, direfleksikan melalui olahan audio visual oleh para seniman dari Samarinda yang tiap karya secara masing-masing mewakili setiap bagian dari novel ‘Upacara’. Keutamaan dalam karya-karya ini adalah kontekstualisasi terhadap pengalaman ‘Aku’, yang berusaha disajikan melalui interaksi dalam dimensi ruang & waktu linier dan berulang.
Belahan I:
Perjalanan Ke Mana
Belahan II:
Berita Dunia Dalam
Belahan III:
Ode Kepulangan
Belahan V:
Babak Baru
Belahan IV: Bauran